Biografi Aril Dwi Ardana

Aril Dwi Ardana
 Nama : Aril Dwi Ardana

Tempat & Tanggal Lahir : Karang Rejo, 14 Juli 2006

Asal : Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia

Anak ke : Ke-2 dari 3 bersaudara

Usia : 18 tahun

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

Hobi : Olahraga

Cita-cita : Presiden FIFA

Pendidikan : 

 • RA Darul Hidayah (2011-2012)

 • SDN 095560 Karang Sari (2012-2018)

 • MTsN Pematangsiantar (2018-2021)

 • SMAN 2 Pematangsiantar (2021-2024) 

 • Universitas Syiah Kuala (2024-selesai)

Kewarganegaraan : WNI


Aril Dwi Ardana adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala, sebuah universitas terkemuka yang terletak di Banda Aceh, Indonesia. Lahir di Karang Rejo, sebuah desa kecil di pelosok Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Gunung Maligas, pada 14 Juli 2006, Aril tumbuh dan besar dalam lingkungan pedesaan yang kaya akan nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan.

Aril terlahir dari keluarga yang sederhana namun penuh kasih sayang. Ayahnya, Suwandi Pratama, adalah seorang kuli bangunan, dan ibunya, Sutresni, adalah seorang ibu rumah tangga. Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Aril memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang adik laki-laki. Keluarga mereka selalu bersyukur atas segala rezeki yang diberikan Tuhan, dan inilah yang menjadi salah satu fondasi kuat dalam kehidupan Aril.

Sejak usia dini, Aril sudah menunjukkan minat yang kuat dalam berbagai bidang, terutama seni dan olahraga. Bakatnya dalam menggambar, bermain musik, serta kecintaannya terhadap sepak bola sudah terlihat sejak ia masih kecil. Meskipun memiliki bakat di beberapa bidang, Aril akhirnya memilih untuk fokus dan menekuni sepak bola. Minatnya pada olahraga ini bukan sekadar hobi, tetapi juga jalan untuk meraih cita-citanya menjadi Presiden FIFA.

Perjalanan karir Aril di dunia sepak bola dimulai ketika ia berusia 8 tahun. Saat itu, ia bergabung dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) di daerahnya, di mana ia mulai menunjukkan potensi yang luar biasa. Ketekunan dan semangatnya dalam berlatih membuat beberapa pelatih tertarik untuk mengajak Aril bermain dan berkarir di luar desanya. Pada usia 13 tahun, ia mulai bermain bersama tim-tim dari luar kabupaten dan kota, serta mengikuti berbagai kejuaraan baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.

Pada usia 16 tahun, Aril mencapai titik penting dalam karirnya dengan mengikuti kejuaraan nasional FOSSBI. Meskipun ia gagal meraih gelar juara, pengalaman tersebut memberikan banyak pelajaran berharga dan semakin memperkuat tekadnya untuk terus maju.

Selain berprestasi di bidang olahraga, Aril juga tidak melupakan pendidikan akademiknya. Ia dikenal sebagai siswa yang tekun dan berprestasi di sekolah, aktif dalam berbagai organisasi seperti Pramuka, Rohis, dan ekstrakurikuler futsal. Kecintaannya pada seni juga terlihat dari partisipasinya dalam kegiatan musik, seni qasidah, dan MTQ. Di lingkungan masyarakat, Aril aktif dalam organisasi Remaja Masjid, kepemudaan di kecamatannya, serta organisasi seni di kampung halamannya.

Cita-cita Aril untuk menjadi Presiden FIFA bukanlah sekadar mimpi kosong. Ia menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, ia sangat tekun belajar selama di SMA, hingga berhasil menjadi salah satu siswa eligibel di SMAN 2 Pematangsiantar. Meskipun sempat mengalami kegagalan saat ditolak oleh Universitas Negeri Medan, Aril tidak menyerah. Usahanya akhirnya terbayar ketika ia diterima di Universitas Syiah Kuala, yang dikenal sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia.

Motivasi terbesar Aril datang dari kedua orang tuanya, yang telah berjuang keras untuk membesarkan dirinya dan kedua saudaranya. Ia bertekad untuk merubah nasib keluarganya dan mewujudkan impian besarnya. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Aril memulai
langkah-langkah penting menuju masa depan yang ia impikan.

8 comments: